Lokasi : Dusun II Mawar Pasar 7 Tembung
Oleh: Maul_MK
Senja adalah misteri. Dalam lembayungnya, tak seorang mengerti akan bahagia ataupun sengsara.
Ketika mentari menyapa sorak-sorai ayam jantan saling bersahutan menggambarkan kegembiraan bahwa hari akan dimulai. Dahulu, bangun pagi adalah musuh bagi anak kecil. Kini, seiring bumi berotasi semangat pagi harus berseri menyambut hasrat yang ingin diraih dari hati.
Ketika mentari menyapa sorak-sorai ayam jantan saling bersahutan menggambarkan kegembiraan bahwa hari akan dimulai. Dahulu, bangun pagi adalah musuh bagi anak kecil. Kini, seiring bumi berotasi semangat pagi harus berseri menyambut hasrat yang ingin diraih dari hati.
Kopi adalah minuman khas yang menemani saat mentari menyambut maupun pamit. Masa peralihan mentari menyambut pagi hingga memerahnya langit sebab sinarnya mengetuk pintu malam pertanda hari mengajak istirahat kembali seperti kehidupan bumi; tiada abadi.
“Dimana kau, nak? ” tanya Ibu.
“pulanglah, hari nak senja.” sambungnya.
Semua akan kembali ke rumah masing-masing. Tiada yang mengerti, tiada yang pahami, tiada yang dapati sebab hidup hanya sekali.
Keindahan tidak selamanya hakiki layaknya senja yang perlahan akan menghilang menjadi gelap yang seram dan mencengkeram. Anak-anak kecil dan orang-orang dewasa akan berhamburan menuju kediaman. Dalam perjalanan, tidak ada yang akan mengetahui akan tiba dengan selamat atau meninggalkan nama dengan orang-orang terdekat. Semua akan kembali dalam surat yang Allah tuliskan tanpa sekat. Namun, pasti sangat dekat.
Mengenai hidup dan mati, terang dan gelap, ramai dan sunyi sungguh sangat memasygulkan hati. Sejatinya hidup adalah perjanjian, kesanggupan, dan kepatuhan. Janji sanggup patuh dan sanggup patuh janji. Menemui hal-hal baru dari orang-orang yang baru ditemu untuk memberi manfaat yang seru.
Tiga kunci hidup yang dicerminkan olehnya sebagai pertanda bahwa perjalanan pagi hingga pagi kembali akan terus berotasi.
Lalu, apa yang sudah kita perbuat untuk bumi?
Sinar lembayung bukanlah akhir dari perjalanan sebab purnama akan kembali menerangi langit bertabur bintang. Mereka lebih lihai untuk mengenang kisah yang telah sungsang. Tetapi, kami lebih memilih menikmatinya dengan secangkir kopi. Begitulah, hidup seleras dengan cita-cita dan usaha yang keras.
Setelah ini, apa kalian masih membenci malam sebab senja telah mengganti sinarnya menjadi gelap?
Tenanglah, hitamnya malam akan terganti oleh terangnya cahaya mentari yang menanti esok kembali berseri. Pedih mereka kala itu akan sirna ditepis sinar yang terang menyambut hari yang cemerlang. Dunia perjalanan akan mengajarkan arti kehidupan; sementara dan abadi. Senja pun begitu. Pantulan lembayungnya akan terasa setelah melewati tahap malam, pagi, dan siang. Setiap tahap akan ada cerita yang pantas dikenang. Semoga kita akan selalu disayang.
Derita bukanlah milik mereka melainkan kehendak Yang Maha Kuasa. Kita semua mempunyai porsi atas waktu yang berbeda, cobalah kejar dan berlari atas angan itu. Untuk menggapai hidup seperti sinarnya senja pasti banyak rintangan dan cemooh layaknya malam yang enggan disenangi oleh beberapa orang sebab gelapnya yang seram dan mencengkeram. Namun, siapa yang menyangka jika mentari bersinar di pagi dan senja menampak diri di sore menjadikan semangat dalam mengawali hari. Kelebihan dan kekurangan adalah hal yang lumrah. Mengabaikan omongan yang menjatuhkan jiwa dan mental adalah sikap yang membahagiakan untuk dilakukan oleh kita. Mereka berujung pada pertengkaran dan rasa kesal. Cukup! Inilah aku yang hidup.
Mereka bagai bunyi siamang kenyang
Hidup bagai menghela tali jala agar tidak salah jalan. Tentang patah adalah mengenai meninggalkan ataupun ditinggalkan. Orang-orang gagal bercinta menyalahkan patah dan senja. Lampu yang mulai menyala kembali meremangi wajah sang pemilik hati ditemani senja dan sepotong kue. Mengenang dan dikenang dalam balutan senja pula untuk menutup hari yang gagal membersamai. Dibawah langit senja lagi, aku melepas kata-kata yang menumbuk-numbuk jiwa, menggerogoti hati yang sepi, dan meninggalkan jejak jantung yang masih berdetak.
Medan