Sumber gambar : rasamaul |
Dibalik gawai berjenama kau panggil namaku dan mencoba utarakan tanya pada petala langit. Penaku patah mendengar celoteh sebelum menggores satu kata saja. Aku menghentikan sumpah yang ingin kau ikrarkan.
Tentang kamu, bagaimana aku menatap kekurangan melulu?
Kau telah meluluhlantakkan kata, menggulung awan, dan menjelma malaikat agar aku bahagia. Rasanya, menduga-duga kau untukku hanyalah kebohongan. Terbang bersama sayapmu ternyata melelahkan. Tergores, pedih, dan akhirnya terluka hingga menganga.
Dibawah pekatnya awan, alunan melodi terngiang dalam bayang memberi isyarat nyatanya kau memang bukan untukku. Kita tersekat oleh jarak yang semu.
Kau disana bersama angan dan kenangan masa suram yang kelam. Bagaimana aku tahu kau mencintai dengan segala kekurangan dan kelebihanku? Inikah keharusan dalam rasa kagum? Pertanyaan apapun itu mengelilingi hari-hari di dalam pikiranku.
Semesta mana yang mampu menelannya? Aku menunggumu dalam rapuh dan lesuh. Mengharap keajaiban semesta dalam miniatur malaikat. Langkah kaki seolah hilang saat tiada tanya kembali dalam hari-hari.
Aku memilih kesendirian karena menunggu kenangan bersama kita. Kita berisi kumparan masa lalu, bayangan sinar mentari yang menyentuh lantai, dan hati yang patah oleh perpisahan. Teriakan bayi-bayi yatim piatu mengalahkan pekikku yang mengguncang orang-orang. Namun, tetap saja bertahan. Mengapa? Mengapa?
Masing-masing kita adalah keegoisan. Aku bersama langit dan kau memilih laut sakit.
Nyiur saja enggan bergeser menghampiri kalian dan kau masih saja mempertahankan yang tak seharuskan bertahan. Kesalahanmu teramat panjang dan gersang seperti gurun yang hanya menumbuhkan sebuah temak; kaktus. Duri kaktuslah telah menyadarkanku bahwa kau tersenyum dibalik batangnya. Khianatmu akan mendatangkan sedih suatu kelak. Aku harap kau takkan berteriak.
Beginikah rasanya di langit? Hanya mampu bertahan demi memandangmu bersamanya. Ketika matahari menutup mata di sore hari, tertutup pula mataku akan sakitnya kepergianmu. Lalu, rembulan menghampiri menemani langit yang gelap. Kembalilah, kenangan terindah adalah sebuah keharusan yang harus dilakukan setiap malammya. Ah, mengenang!
Medan