DIBATAS KERAGUAN

Oleh : Maul_MK

  Malam terlihat pekat dan jarak seolah memiliki sekat. Matanya masih saja terlihat biuku tanpa kata yang menggerogoti malu. Rasaku dan rasanya sukar menyapa waktu. Jalanan gemar sekali membisu hingga diriku bertemu lorong buntu.
Dia memandang dengan penuh kasih dan harapan. Berkata lembut dalam sebuah melodi angan. Berbisik dalam gerakan yang mengisyaratkan ada aku dan dia dalam kehidupan.
Dalam rasa, kita bersatu. Namun, ingatan masih saja bukan aku. Bayangmu berkelana dalam masa lalu seolah berkata bukan akulah yang pantas mendampingimu. Dia enggan menolak hingga akhirnya menerima dengan kesengsaraan. Bukan ingin kita. Dia-lah sang pembolak-balik perasaan.

"Tentang waktu, pahamilah keadaan!" Katanya.

Kita bersatu melalui karsa. Saling menyapa untuk meraih asa dalam kisah. Kini, untuk berkata saja enggan menyapa. Bagaimana bisa bersatu dalam semenda?
Angin sepoi dalam lamunan berkata untuk mengiringi sajak dalam perjalanan. Aku dan dia hanya terukir dalam kenangan. Berkata dalam sebuah keinginan. Harapku dan harapmu tak mampu bersatu menjadi sebuah melodi dalam agan. Adalah kita; tak mungkin membersamai berbagi kisah. 
Kicauan burung menemaniku dalam khayalmu. Harapku hanyalah ilusi yang diambang kepastian tak nyata. Kau menyayat kisah-kisah demi lantunan indah. Musnah. Sudahlah.
Sungguh, kicauan itu telah menghantamku. Melarangku untuk menembus tanpa tuntas. Aku hanya mampu berkata habis, terkikis dan menangis. 
Usahaku menghadirkan rasa hanya sebatas kesia-siaan belaka. Dalam binar bintang-bintang mengisyaratkan sinarnya mampu menemani rembulan tanpa mengemis sebuah kenangan. Biarlah aku berpendar dalam rasa yang tak pernah disapanya. Semoga waktu akan kembali lagi demi kesempatan yang aku nanti.

Medan


Maul_MK

Post a Comment

0 Comments