Ketidakpastian dalam Diam

Ketidakpastian dalam Diam
Oleh : Maul_MK

Kembang-kembang kembali bersemedi setelah embun membasahi permukaan. Isyarat rasa telah tersayat oleh belati bersama haru biru sang langit yang tampak kelabu. Memang inginku bersamamu. Takdir Sang Pembolak-balik Hati terlihat malu mengatakan dunia dua insan tak akan bersatu. Bukankah itu pertanda bahwa rasaku dan rasamu hanya sebatas singgah?

Tentang pertemuan; adakala menetap dan singgah sejenak. Datang tanpa ingin hadir, perlahan menyingkir. Tidak salah. Hanya aku terlalu lengah.

Tawanya selalu terngiang dan bergema dalam angan-angan mimpiku; bersama do’a dan cinta. Tatapan mata mengalahkan sinar rembulan, lengkung bibir yang terlukis menghiasi warna langit, nyanyian kidung suci bersenandung memecah lamunku. Sudah cukup!

Terlihat, tipu muslihat membuat ruh melayang tanpa syarat; mati rasa. 

Aku tak ingin membusuk dikelilingi belatung karena kematian telah menyakitkan. Ruh seolah direnggut oleh kau. Aku tidak ingin mati!

Biarlah kelopak kembang itu mekar hingga sang kupu tak enggan menghampiri. Menjauh semakin wangi. Kembali! 
 
Lagi dan lagi, kau enggan menoleh; apalagi memandang. Benarkah harapku terlalu dalam? Bukankah buah pengharapan adalah kesabaran? Lalu? Entahlah, aku takkan menduga-duga.
 
Fitrahku hanyalah menunggu. Dalam sujud terbesit namamu namun Rabb-ku  lebih berhak menerima cinta makhluk pendosa sepertiku. Berharap dalam ketidakpastian sembari menunggu dalam diam. 
 
Tubuhku terasa lunglai seolah kembang telah layu diterpa oleh bayu. Menunggu bukanlah inginku. Tanpamu, aku terbang dengan sayap-sayap yang telah patah dan kau tak sedikit pula melirik. Memang salahku telah menaruh harap pada ketidakpastian. Bercengkerama pada-Nya hanya pelarian atas tusukan yang telah menancap dalam hati yang enggan berlari lagi. 
 
Datanglah kala kau lelah berkelana dan berhentilah pada hati yang telah kau rapuhkan saat ini. Aku semogakan kelak Rabb-ku akan membersamai dalam mahligai kembali.

Medan

Maul_MK


Post a Comment

4 Comments