Afeksi Diri

Oleh Maul_MK

Aku sematkan sinar cahaya melalui lorong-lorong buntu. Membawa kidung rindu bersama pusaran bayu. Membisik pilu, menyelipkan sendu. Kita sudah berbeda. Afeksi kau dan aku tak lagi sama. 
 
Mencari diri dan berlari lagi. Sudah kali ketiga kau mencabik-cabik hingga rasanya jalan yang aku telusuri sangatlah gelap, senyap, dan bersahap. Apakah ini caramu menyelami hati?
 
“Ambillah mahkotaku agar kau bijaksana.” katamu.

 

Dahulu, kau bak keindahan istana yang di dalamnya ada tahta agar aku bijaksana dalam mengambil keputusan. Berkata tegas untuk kerasnya suatu perlakuan. Mengayomi hingga aku luluh pada keadaan yang sepi. Memang salahku, menaruh rasa dan memupuk cerita melalui benih-benih kata. 

Setelah diam atas hempasan rasa dan perlakuan gila membuat aku berpikir bahwa kau bukanlah persinggahan lama. Benar-benar menyakitkan. 

Kini, ketidaksanggupanku membuat kau abadi dalam ruang rahasia sudah tertutup rapat dan terkunci ketat. Kau hiraukan rasa yang telah dipupuk seolah pilihanmu-lah yang terbaik. Moga-moga Tuhan adil dalam kisah aku dan kau yang disematkan dalam bisik. 

Dinginnya sang bayu menari bersama dedaunan mengisyaratkan cerita kau dan aku sudah dibawa olehnya. Kita tak bisa memaksa bila nyatanya semesta tak memihak maka biarlah haruku mengitari dalam bayang pikiran. 

Takdir Tuhan sudah tertulis dalam keadaan kau dan aku benar-benar jatuh. Lalu apa lagi yang dipaksakan? Sudah cukup. Berkelanalah! 


Medan 

 

Post a Comment

7 Comments