Oleh Maul_MK
Menepi dan berlari membawa mimpi dan hati membalut sepi. Seketika kita membawa cita-cita dan menghempas kisah indah. Dipersimpangan kita pupus setelah berkata kau mengagumi dirinya. Langkah kaki menghentak pandangan dan menyadarkan bahwa kita saling menepi diantara ilalang-ilalang.
Burung-burung berhamburan memekik pergi meninggalkan celoteh lampau kita. Matahari saja enggan menyetubuhi sebab gerimis telah menangis. Mudahnya membalut romansa lalu menghempasnya.
Orang-orang bercerita indahnya kehidupan tanpa politisasi namun aku masih tenang dengan menghirup kahwa sendiri. Ketika patah benar-benar susah maka hidup melulu menyoal lelah. Inilah kita; sepasang insan tak enggan saling mengenang.
Tentang mimpi, tak seorang mengerti. Aku selimuti diri dalam
doa agar tidak mudah patah. Patah berbisik pada rembulan agar
bersinar menemani sepi untuk terus bermimpi. Mimpi itu aku dekap dalam balutan
kisah yang dirangkai dari kata-kata. Salahkah, mimpi itu berdekap dan semakin
mendekat?
Amarah telah membakar dalam hati yang berbisik,”acap
melempar, akan jatuh jua.”
Kaki menapaki lorong-lorong buntu. Tak ada celah cahaya
menerangi langkahku. Tapak kaki menginjak setangkai mawar berduri. Terasa perih
selayaknya rasa hati saat ini. Indah namun menyakitkan.
Medan
4 Comments
Uwuwwww😍😍
ReplyDeleteHai kembaran 🤗
DeleteMaul, selalu syukaaa ��
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung 🤗
Delete