Oleh Maul_MK
Semilir angin membawa sebuah nama dalam lamunan. Kita duduk diantara kotak-kotak keramik membayangkan rasa pada kerinduan di kala bertapa. Teriknya mentari telah menyengat tubuh dan mengalirkan keringat yang terasa pekat. Menunggu memang melelahkan.
Dalam sujud masih saja nama itu yang mengaum. Ketakutan kita pada kata yang berlebihan mematahkan rasa cinta kepada-Nya. Salah kita terlalu menaruh harap pada makhluk yang diciptakan oleh-Nya. Semua mematahkan angan.
Kita sematkan seberkas pantulan cahaya menuju lorong-lorong buntu. Dalam ketakutan, terpancar sejuk memandang sepi. Petikan dalam gitar bergema mengaungkan dunia insan yang dibalik oleh dunia. Menjelma asing tanpa rasa.
Irama puitis berdendang di biduk hilir menangkap badai yang bersemilir. Kita menari dalam alunan secara bergilir. Langit menemani bintang-bintang mengerling. Sempurna!
Kini, dalam syair do'a hanya memberi berita elegi dan berharap Tuhan membalas sepi berisi mentari. Kita bukanlah sandal apalagi sundal! Tidak mencari abaimana melainkan lorong cahaya atas kebenaran.
Dunia bukan teori, argumentasi ataupun ilmu pasti. Segalanya hanya sebentar saja. Semenit bahkan hitungan detik. Pergi dan datang; sila berganti. Harap tak lagi tentang Yang Maha Kuasa. Ego pada keinginan lebih terdepan. Aneh. Dunia telah berbeda sebab diubah oleh makhluk pendosa.
“Hentikan !!!” teriak sorangan.
Percikan gembira menyambut dunia semoga tak mati lagi.
Medan
8 Comments
Sering-seringlah upload cerita,ul ��
ReplyDeleteBoleh, tapi kamu jangan anonim lagi yaa hehe
DeleteMaul, bagus bangeet ��
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung 🤗
DeleteSyukaaa maul...
ReplyDeleteMau syuka kamu juga tapi anonim hehe
DeleteMaul, nikah kuy :)
ReplyDeleteBls komen gue dong
ReplyDelete