Oleh Maul_MK
Ada lirih yang berpeluh pasrah, ada kata yang membohongi derita, ada ucap yang tak mampu berucap.
Apa kabar kita hari ini?
Napas sesak kita telah bertanya kenapa harus ada hitam jika bahagia dapat digenggam?
Pada akhirnya, pundak terasa berat dalam lorong gelap dan rasanya ingin menyerah. Deretan air terus mengalir; pipi dan tubuh yg berpeluh.
Apakah kita semua gagal?
Dingin berkepanjangan, pikiran melayang tak beralasan dan hati mengaung berkesudahan.
Kata-kata pedih telah membelah luka, menabur bumbu derita dan menyayat dunia. Hidup tak melulu menyoal harga tapi nilai telah menyusup kepalsuan.
Tentang bahagia, haruskah melewati derita?
Mengapa jarak dan mimpi terasa polemik?
Pikiran, ilmu dan keyakinan telah membawa kita menuju aspek mutakhir.
Ilmu telah meyakini pikiran. Orang-orang beradu kata padahal mulut saja yang tak upaya dalam bertutur suka. Memelihara berbagai kosakata dan mengabaikan kedua telinga. Sungguh, miris sekali dunia kita.
Semua terlalu palsu jika mengaku salah. Mengapa?
Ribuan mimpi, arti sunyi dan kini menepi satu demi satu. Benarkah kita semua telah gagal?
Sekalipun, kita tak pedulikan apa-apa yang bermakna. Harap kita dalam pasrah hanya pengasingan belaka.
Kita sendiri; saya.
Malam-malam tak elok bercerita, menggema kekhawatiran dan keraguan atas diri memutar-mutar berbagai tanya di kepala yang berkepalang. Aneh dan tiada henti.
Menjadi dewasa bukan cita-cita, bagaimana bisa?
Kita selalu ingin berlari atas pencapaian hingga lelah dan menyerah. Payah.
Usia telah mengejar waktu dan berkata,"Selamat berlari, semoga tidak terengah-engah".
Kaki berpeluh letih, hati terasa pasrah, tangan telah menyerah dan tubuh menjadi lelah. Akankah berakhir kalah?
Tuhan, kita semua telah gagal dan Kau-lah penguat segala hal.
Medan
0 Comments