Sumber gambar : lampion |
Kehidupan merupakan bagaimana cara memilih buah jeruk. Kulitnya terasa pahit dan buahnya tidak kan selalu terasa manis. Kulitnya merupakan impian dan buahnya merupakan tujuan. Manis dan pahit adalah rasa yang didapat setelah berusaha; baik ataupun buruk.
Aku melihat warnanya yang menarik. Kuning pekat yang menggoda untuk diikat. Melihat dan memilih. Hati berkata untuk memilih dengan kulit yang segar tanpa cacat dan jemari menggapai warna kulit yang memikat dan mata adalah nafsu. Orang-orang bersaing demi keindahan yang terlihat tanpa mementingkan rasa yang tercipta. Aku pun dikalahkan oleh nafsu. Pikiran dan keinginan mata mengubah rasa.
Aku melihat warnanya yang menarik. Kuning pekat yang menggoda untuk diikat. Melihat dan memilih. Hati berkata untuk memilih dengan kulit yang segar tanpa cacat dan jemari menggapai warna kulit yang memikat dan mata adalah nafsu. Orang-orang bersaing demi keindahan yang terlihat tanpa mementingkan rasa yang tercipta. Aku pun dikalahkan oleh nafsu. Pikiran dan keinginan mata mengubah rasa.
Pikirku, kulit diluar sebanding rasa didalam. Salah. Warna yang memikat mengubahnya menjadi hampa; tanpa rasa. Aku ambil satu lagi dengan sebagian warna. Kuning dan hijau. Terasa kecut. Keduanya terlihat mulus tanpa kerut di kulit luar menutupi buahnya. Satu lagi. Kulitnya keriput dan warnanya kuning pucat. Tidak pantas untuk dilirik. Ah, rasa mengalahkan semuanya. Sangat segar dan manis. Terang dan panasnya matahari membakar kulitnya. Benar saja, sesuatu yag terlihat tidak sama halnya dengan rasa yang tercipta. Mereka memandang indah namun rasa yang diperoleh hanya bisa dinilai oleh diri sendiri.
Perasaan dan logika mempermainkanku. Nafsu semakin bergejolak ketika aku tidak berdaya memilih diantara keduanya. Selalu memaksakan rasa yang tidak sepantasnya aku dapatkan. Memilih buah jeruk dengan kulit mulus kuning pekat dan kesombongan jemari menggapainya disertai mata yang merajai nafsu. Menikmati rasa atas hasil bangga. Menghubungkan antara hasrat dan pikiran diri sendiri dengan orang lain.
Jika begitu, wadah hidup semakin tidak berisi; kosong. Kehidupan didalam rasa kehausan. Merasa seorang diri dalam kesepian. Tiada berasa. Tiada perasaan. Tiada merasakan. Seakan-akan dunia mereka berpihak pada kebaikan dirinya saja.
Hidupmu, hanyalah kamu. Rasa pedihmu, lukanya terasa olehmu. Rasa sepimu, sunyinya terasa olehmu. Deritamu, penyakitnya terasa olehmu. Kepercayaan memandang wajah dengan sendirinya dibalik cermin. Biarkan mereka memandang jeruk tak seindah kulit kuning pekat. Manis terasa dalam diri bukan hanya nafsu. Mengemis perlindungan dari orang lain dibaluti kaki mereka hanyalah sia-sia. Pahitnya tidak akan terasa. Bersakit-sakit lalu bersenang-senang. Mengenang kisahnya berlari dari kegelapan. Pahitnya kini terasa manis oleh pengalaman.